Written on Oktober 31, 2008 by Ratih Putri Pratiwi
Banyak orang tua yang khawatir jika anaknya belum lancar bicara
padahal dilihat dari segi usia sepertinya sudah lewat dan jika
dibandingkan dengan anak-anak tetangganya, teman-temannya,
saudara-saudaranya kok ketinggalan jauh. Kenyataan tersebut pada
akhirnya sering mengundang pertanyaan dalam diri orang tua. Untuk itulah
kami akan mengulas persoalan keterlambatan bicara pada balita.
Penyebab keterlambatan bicara sangat banyak dan bervariasi. Gangguan
tersebut ada yang ringan sampai yang berat. Ada yang bisa membaik
setelah usia tertentu ada juga yang sulit untuk membaik, seperti kasus
penyakit autis. Penyebab keterlambatan bicara bisa terjadi karena adanya
gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak,
otot atau organ pembuat suara. Terdapat 3 penyebab utama keterlambatan
bicara diantaranya adalah retardasi mental, gangguan pendengaran dan
keterlambatan maturasi. Keterlambatan maturasi sering juga disebut
keterlambatan bicara fungsional, termasuk gangguan yang paling ringan
dan saat usia tertentu akan membaik. Penyebab lain yang relatif jarang
adalah kelainan organ bicara, kelainan genetik atau kromosom, autis,
mutism selektif, afasia reseptif dan deprivasi lingkungan. Deprivasi
lingkungan bisa disebabkan karena lingkungan sepi, dua bahasa, status
ekonomi sosial, tehnik pengajaran salah, sikap orangtua.
Semakin dini mendeteksi keterlambatan bicara, maka semakin baik
kemungkinan pemulihan gangguan tersebut Bila keterlambatan bicara
tersebut nonfungsional maka harus cepat dilakukan stimulasi dan
intervensi dapat dilakukan pada anak tersebut. Deteksi dini
keterlambatan bicara harus dilakukan oleh semua individu yang terlibat
dalam penanganan anak ini. Kegiatan deteksi dini ini melibatkan orang
tua, keluarga, dokter kandungan yang merawat sejak kehamilan dan dokter
anak yang merawat anak tersebut. Sehingga dalam deteksi dini tersebut
harus bisa mengenali apakah keterlambatan bicara anak kita merupakan
sesuatu yang fungsional atau yang nonfungsional.
PROSES FISIOLOGIS BICARA
Menurut beberapa ahli komunikasi, bicara adalah kemampuan anak untuk
berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang
serasi dari sistem neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi dan
artikulasi suara. Proses bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi
tubuh, melibatkan sistem pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di
otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan
struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung.
Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan
motoris. Aspek sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba
berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek
motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan
artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara.
Di dalam otak terdapat 3 pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua
pusat bersifat reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan
tulisan serta satu pusat lainnya bersifat ekspresif yang mengurus
pelaksanaan bahsa lisan dan tulisan. Ketiganya berada di hemisfer
dominan dari otak atau sistem susunan saraf pusat.
Kedua pusat bahasa reseptif tersebut adalah area 41 dan 42 disebut area
wernick, merupakan pusat persepsi auditoro-leksik yaitu mengurus
pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang berkaitan dengan bahasa
lisan (verbal). Area 39 broadman adalah pusat persepsi visuo-leksik yang
mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang bersangkutan
dengan bahasa tulis. Sedangkan area Broca adalah pusat bahasa ekspresif.
Ketiga pusat tersebut berhubungan satu sama lain melalui serabut
asosiasi.
Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan
masuk melalui lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada
membrane timpani. Dari sini rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang
kecil dalam telinga tengah ke telinga bagian dalam. Di telinga bagian
dalam terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang disebut Coclea.
Saat gelombang suara mencapai coclea maka impuls ini diteruskan oleh
saraf VII ke area pendengaran primer di otak diteruskan ke area wernick.
Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan dalam bentuk artikulasi,
diteruskan ke area motorik di otak yang mengontrol gerakan bicara.
Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh getaran vibrasi dari pita
suara yang dibantu oleh aliran udara dari paru-paru, sedangkan bunyi
dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langit-langit). Jadi
untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan
sensoris dimana organ pendengaran sangat penting.
Tahapan Perkembangan Kemampuan Bicara dan Berbahasa
Berikut ini akan disajikan informasi seputar tahapan perkembangan bahasa
dan bicara seorang anak. Namun perlu diperhatikan, bahwa
batasan-batasan yang tertera juga bukan merupakan batasan yang kaku
mengingat keunikan setiap anak berbeda satu dengan yang lain. Menurut
Dr. Miriam Stoppard (1995) tahapan perkembangan kemampuan bicara dan
berbahasa dapat dibagi sebagai berikut:
0 – 8 Minggu
Perkembangan Kemampuan Berbicara dan Bahasa
Pada masa awal, seorang bayi akan mendengarkan dan mencoba mengikuti
suara yang didengarnya. Sebenarnya tidak hanya itu, sejak lahir ia sudah
belajar mengamati dan mengikuti gerak tubuh serta ekspresi wajah orang
yang dilihatnya dari jarak tertentu. Meskipun masih bayi, seorang anak
akan mampu memahami dan merasakan adanya komunikasi dua arah dengan
memberikan respon lewat gerak tubuh dan suara. Sejak dua minggu pertama,
ia sudah mulai terlibat dengan percakapan, dan pada minggu ke-6 ia akan
mengenali suara sang ibu, dan pada usia 8 minggu, ia mulai mampu
memberikan respon terhadap suara yang dikenalinya.
8 – 24 Minggu
Perkembangan Kemampuan Berbicara dan Bahasa
Tidak lama setelah seorang bayi tersenyum, ia mulai belajar
mengekspresikan dirinya melalui suara-suara yang sangat lucu dan
sederhana, seperti “eh”, “ah”, “uh”, “oh” dan tidak lama kemudian ia
akan mulai mengucapkan konsonan seperti “m”, “p”, “b”, “j” dan “k”. Pada
usia 12 minggu, seorang bayi sudah mulai terlibat pada percakapan
“tunggal” dengan menyuarakan “gaga”, “ah goo”, dan pada usia 16 minggu,
ia makin mampu mengeluarkan suara seperti tertawa atau teriakan riang,
dan bublling. Pada usia 24 minggu, seorang bayi akan mulai bisa
menyuarakan “ma”, “ka”, “da” dan sejenisnya. Sebenarnya banyak
tanda-tanda yang menunjukkan bahwa seorang anak sudah mulai memahami apa
yang orang tuanya atau orang lain katakan. Lucunya, anak-anak itu akan
bermain dengan suaranya sendiri dan terus mengulang apa yang didengar
dari suaranya sendiri.
28 Minggu – 1 Tahun
Perkembangan Kemampuan Berbicara dan Bahasa
Usia 28 minggu seorang anak mulai bisa mengucapkan “ba”, “da”, “ka”
secara jelas sekali. Bahkan waktu menangis pun vokal suaranya sangat
lantang dan dengan penuh intonasi. Pada usia 32 minggu, ia akan mampu
mengulang beberapa suku kata yang sebelumnya sudah mampu diucapkannya.
Pada usia 48 minggu, seorang anak mulai mampu sedikit demi sedikit
mengucapkan sepatah kata yang sarat dengan arti. Selain itu, ia mulai
mengerti kata “tidak” dan mengikuti instruksi sederhana seperti
“bye-bye” atau main “ciluk-baa”. Ia juga mulai bisa meniru bunyi
binatang seperti “guk”, “kuk”, “ck”
1 Tahun – 18 Bulan
Perkembangan Kemampuan Berbicara dan Bahasa
Pada usia setahun, seorang anak akan mampu mengucapkan dua atau tiga
patah kata yang punya makna. Sebenarnya, ia juga sudah mampu memahami
sebuah obyek sederhana yang diperlihatkan padanya. Pada usia 15 bulan,
anak mulai bisa mengucapkan dan meniru kata yang sederhana dan sering
didengarnya untuk kemudian mengekspresikannya pada porsi / situasi yang
tepat. Usia 18 bulan, ia sudah mampu menunjuk obyek-obyek yang
dilihatnya di buku dan dijumpainya setiap hari. Selain itu ia juga mampu
menghasilkan kurang lebih 10 kata yang bermakna.
18 Bulan – 2 Tahun
Perkembangan Kemampuan Berbicara dan Bahasa
Pada rentang usia ini, kemampuan bicara anak semakin tinggi dan
kompleks. Perbendaharaan katanya pun bisa mencapai 30 kata dan mulai
sering mengutarakan pertanyaan sederhana, seperti “mana ?”, “dimana?”
dan memberikan jawaban singkat, seperti “tidak”, “disana”, “disitu”,
“mau”. Pada usia ini mereka juga mulai menggunakan kata-kata yang
menunjukkan kepemilikan, seperti “punya ani”, “punyaku”. Bagaimana pun
juga, sebuah percakapan melibatkan komunikasi dua belah pihak, sehingga
anak juga akan belajar merespon setelah mendapatkan stimulus. Semakin
hari ia semakin luwes dalam menggunakan kata-kata dan bahasa sesuai
dengan situasi yang sedang dihadapinya dan mengutarakan kebutuhannya.
Namun perlu diingat, oleh karena perkembangan koordinasi motoriknya juga
belum terlalu sempurna, maka kata-kata yang diucapkannya masih sering
kabur, misalnya “balon” jadi “aon”, “roti” jadi “oti”
2 Tahun – 3 Tahun
Perkembangan Kemampuan Berbicara dan Bahasa
Seorang anak mulai menguasai 200 – 300 kata dan senang bicara sendiri
(monolog). Sekali waktu ia akan memperhatikan kata-kata yang baru
didengarnya untuk dipelajari secara diam-diam. Mereka mulai mendengarkan
pesan-pesan yang penuh makna, yang memerlukan perhatian dengan penuh
minat dan perhatian. Perhatian mereka juga semakin luas dan semakin
bervariasi. Mereka juga semakin lancar dalam bercakap-cakap, meski
pengucapannya juga belum sempurna. Anak seusia ini juga semakin tertarik
mendengarkan cerita yang lebih panjang dan kompleks. Jika diajak
bercakap-cakap, mudah bagi mereka untuk loncat dari satu topik
pembicaraan ke yang lainnya. Selain itu, mereka sudah mampu menggunakan
kata sambung “sama”, misalnya “ani pergi ke pasar sama ibu”, untuk
menggambarkan dan menyambung dua situasi yang berbeda. Pada usia ini
mereka juga bisa menggunakan kata “aku”, “saya” “kamu” dengan baik dan
benar. Dengan banyaknya kata-kata yang mereka pahami, mereka semakin
mengerti perbedaan antara yang terjadi di masa lalu, masa kini dan masa
sekarang.
3 – 4 Tahun
Perkembangan Kemampuan Berbicara dan Bahasa
Anak mulai mampu menggunakan kata-kata yang bersifat perintah; hal ini
juga menunjukkan adanya rasa percaya diri yang kuat dalam menggunakan
kata-kata dan menguasai keadaan. Mereka senang sekali mengenali
kata-kata baru dan terus berlatih untuk menguasainya. Mereka menyadari,
bahwa dengan kata-kata mereka bisa mengendalikan situasi seperti yang
diinginkannya, bisa mempengaruhi orang lain, bisa mengajak
teman-temannya atau ibunya. Mereka juga mulai mengenali konsep-konsep
tentang kemungkinan, kesempatan, dengan “andaikan”, “mungkin”,
“misalnya”, “kalau”. Perbendaharaan katanya makin banyak dan bervariasi
seiring dengan peningkatan penggunaan kalimat yang utuh. Anak-anak itu
juga makin sering bertanya sebagai ungkapan rasa keingintahuan mereka,
seperti “kenapa dia Ma ?”, “sedang apa dia Ma?”, “mau ke mana ?”
FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN BICARA
1. Hambatan pendengaran
Pada beberapa kasus, hambatan pada pendengaran berkaitan dengan
keterlambatan bicara. Jika si anak mengalami kesulitan pendengaran, maka
dia akan mengalami hambatan pula dalam memahami, meniru dan menggunakan
bahasa. Salah satu penyebab gangguan pendengaran anak adalah karena
adanya infeksi telinga.
2. Hambatan perkembangan pada otak yang menguasai kemampuan oral-motor
Ada kasus keterlambatan bicara yang disebabkan adanya masalah pada area
oral-motor di otak sehingga kondisi ini menyebabkan terjadinya
ketidakefisienan hubungan di daerah otak yang bertanggung jawab
menghasilkan bicara. Akibatnya, si anak mengalami kesulitan menggunakan
bibir, lidah bahkan rahangnya untuk menghasilkan bunyi kata tertentu.
3. Masalah keturunan
Masalah keturunan sejauh ini belum banyak diteliti korelasinya dengan
etiologi dari hambatan pendengaran. Namun, sejumlah fakta menunjukkan
pula bahwa pada beberapa kasus di mana seorang anak anak mengalami
keterlambatan bicara, ditemukan adanya kasus serupa pada generasi
sebelumnya atau pada keluarganya. Dengan demikian kesimpulan sementara
hanya menunjukkan adanya kemungkinan masalah keturunan sebagai salah
satu faktor yang mempengaruhi.
4. Masalah pembelajaran dan komunikasi dengan orang tua
Masalah komunikasi dan interaksi dengan orang tua tanpa disadari
memiliki peran yang penting dalam membuat anak mempunyai kemampuan
berbicara dan berbahasa yang tinggi. Banyak orang tua yang tidak
menyadari bahwa cara mereka berkomunikasi dengan si anak lah yang juga
membuat anak tidak punya banyak perbendaharaan kata-kata, kurang dipacu
untuk berpikir logis, analisa atau membuat kesimpulan dari
kalimat-kalimat yang sangat sederhana sekali pun. Sering orang tua malas
mengajak anaknya bicara panjang lebar dan hanya bicara satu dua patah
kata saja yang isinya instruksi atau jawaban sangat singkat. Selain itu,
anak yang tidak pernah diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri
sejak dini (lebih banyak menjadi pendengar pasif) karena orang tua
terlalu memaksakan dan “memasukkan” segala instruksi, pandangan mereka
sendiri atau keinginan mereka sendiri tanpa memberi kesempatan pada
anaknya untuk memberi umpan balik, juga menjadi faktor yang mempengaruhi
kemampuan bicara, menggunakan kalimat dan berbahasa.
5. Faktor Televisi
Sejauh ini, kebanyakan nonton televisi pada anak-anak usia batita
merupakan faktor yang membuat anak lebih menjadi pendengar pasif. Pada
saat nonton televisi, anak akan lebih sebagai pihak yang menerima tanpa
harus mencerna dan memproses informasi yang masuk. Belum lagi suguhan
yang ditayangkan berisi adegan-adegan yang seringkali tidak dimengerti
oleh anak dan bahkan sebenarnya traumatis (karena menyaksikan adegan
perkelahian, kekerasan, seksual, atau pun acara yang tidak disangka
memberi kesan yang mendalam karena egosentrisme yang kuat pada anak dan
karena kemampuan kognitif yang masih belum berkembang). Akibatnya, dalam
jangka waktu tertentu yang mana seharusnya otak mendapat banyak
stimulasi dari lingkungan/orang tua untuk kemudian memberikan feedback
kembali, namun karena yang lebih banyak memberikan stimulasi adalah
televisi (yang tidak membutuhkan respon apa-apa dari penontonnya), maka
sel-sel otak yang mengurusi masalah bahasa dan bicara akan terhambat
perkembangannya.
6. Keterbatasan kemampuan kognitif.
Yaitu kemampuan merepresentasikan objek yang dilihat dalam bentuk image.
Bila kemampuan kognitif terganggu, maka image tersebut tidak akan
terbentuk. Kondisi ini biasanya bisa dideteksi sendiri oleh orang tua
dengan melihat kemampuan motorik anak. Misalnya, anak yang mengalami
gangguan bicara biasanya juga kurang mampu melakukan aktivitas lain yang
sederhana sekalipun seperti memakai sepatu atau mengancingkan baju.
7. Gangguan pervasif.
Biasanya terjadi pada anak yang mengalami ADD (attention defisit
disorder). Anak yang mengalami keterbatasan atensi ini mengalami masalah
di pusat sarafnya. Gangguan ini biasanya tidak berdiri tunggal, tapi
dibarengi ciri-ciri lain, semisal pekerjaannya tidak pernah tuntas,
sulit/tidak bisa konsentrasi dan sebagainya. Namun untuk memastikannya,
tak ada cara lain kecuali mendatangi ahli.
GAGAP DAN RAGAM GANGGUAN BICARA
Sekitar 4 persen anak dan 1 persen orang dewasa memiliki kelaianan
bicara yang parah. Kelainan bicara pada usia remaja dapat merongrong
kepercayaan diri anak. Anak dapat mogok bicara jika terus mendapat
ejekan kala gagap-gugup menyerang. Semakin tidak nyaman semakin parah
kondisinya. Walau demikian, kelemahan bicara tidak berhubungan langsung
dengan keberhasilan hidup. Banyak pemimpin, pengusaha, kalangan
professional yang memiliki gangguan bicara. Mereka tetap dapat
berkomunikasi dan hidup normal.
Gagap
Menginjak dewasa tidak semua orang telah memperoleh kemampuan bahasa
dengan baik. “Mmmmmm … maksudnya,” begitulah setiap kali Aries sang
ketua di sebuah organisasi kala membuka argumentasi. Bagi yang
mendengar, kesulitan bahasa seperti yang di alami Aries membuat
gregetan. Tapi bagi Aries sendiri merasakan bagaimana frustasinya
mengendalikan pita suara, lidah, bibir sehingga mulutnya dapat
mengeluarkan rentetan kata, kalimat yang runut dan mulus. Kesulitan yang
ia alami sering disebut gagap (stuttering). Ibarat mobil, untuk
menghidupkan mesinnya ia harus menyalakan starter lebih lama. Asal
bicara saja sepertinya mudah, tetapi menghasilkan vocal yang keluar
dengan kecepatan, tekanan dan ejaan yang tepat kiranya tidak mudah.
Ketika kita bicara, kita harus mengkoordinir banyak otot dari berbagai
bagian tubuh termasuk pita suara, gigi, mulut dan system pernapasan.
Normalnya semua kerja organ tersebut dapat berfungsi simultan serta
otomatis. Gagap adalah masalah gangguan bicara yang mempengaruhi
kefasihan bicara. Mereka yang mengalami kesulitan ini ditandai
pengulangan bagian pertama dari kata yang hendak diucapkannya (seperti
mmmmakan), atau menahan bunyi tunggal di tengah kata (misal begggggini).
Sebagian orang yang gagap malah lebih parah, tidak ada satu suara pun
yang keluar, tertahan semua di kerongkongan. Gagap atau orang Inggris
menyebutnya stammering merupakan kelainan yang kompleks dan dapat
berdampak pada kemampuan bicara dengan cara yang beragam.
Cadel
Gagap hanyalah salah satu jenis kelainan bicara. Sebagian orang mungkin
mengalami gangguan hanya pada bunyi-bunyian tertentu seperti sulit
mengucapkan huruf “l” atau “r”. Ada juga yang mengalami kekusutan
(cluttering) bicara atau disebut aphasia. Aphasia adalah gangguan bicara
dimana orang mengalami kesulitan memahami apa yang diucapkannya. Mereka
yang menderita aphasia mengucapkan dengan cepat atau berhenti bukan
pada tempatnya. Pokoknya, kalimat yang ia ucapkan membuat orang bertanya
ulang “apaan?”. Aphasia adalah gangguan bahasa yang disebabkan oleh
kerusakan bagian otak yang mengendalikan kemampuan bicara. Hal ini
terjadi mungkin akibat kecelakaan, tumor atau stroke. Sebagian penderita
malah tidak memiliki kemampuan bicara sama sekali. Sebagian lainnya
sulit menemukan kata yang tepat ketika bicara. Kelainan lainnya disebut
dislalia. Pernah menyimak balita mulai bicara. Ia akan mengucapkan kata
“tati” yang dimaksud kaki. Sebagian orang menamakan kejadian ini
“cadel.” Seperti anak gagap yang makin gagap jika tegang, anak dislalia
juga bisa menjadi gagap bila mendapat “serangan”. Perkembangan anak bisa
terganggu bila persoalan yang kelihatan sepele tersebut tidak segera
diatasi. “Khususnya pada anak-anak yang mempunyai kepribadian kurang
kuat,” saran Ki Pranindyo HA, kepala klinik Bina Wicara Vacana Mandira,
Jakarta. Dislalia menurut hematnya termasuk gangguan komunikasi verbal
yang sangat mudah diselesaikan. Bahkan tanpa terapi khusus, gangguan ini
bisa ditanggulangi asal saja perilaku yang keliru-seperti ngedot,
mengisap jari, atau menjulur-julurkan lidah-dihentikan. Bahkan pada
banyak anak, gangguan artikulasi itu akan hilang dengan sendirinya,
sesuai dengan perkembangan usia. “Jadi buat banyak anak-anak dislalia,
kalau anak itu kuat, psikis maupun sikap sosialnya bagus, semuanya akan
teratasi dengan sendirinya.” Dislasia juga disinyalir terkait dengan
kecepatan mengucapkan vocal. Anak-anak dislalia kecepatan irama
bicaranya di bawah hitungan normal. Kalau ukuran normal yang digunakan
adalah 140 kata (terdiri dari dua suku) per menit, maka anak dislalia
bila dites, kecepatannya kurang dari itu. “Tentu ada toleransi dari
ukuran normal, 130 pun masih normal. Anak dislalia biasanya bahkan
kurang dari 100 kata per menit,” kata Pranindyo. Tes umum yang biasa
diterapkan di tempat praktiknya adalah dengan meminta anak untuk
mengucapkan “pa-ta-ka”. Biasanya selama lima detik anak itu bisa
mendapatkan 15-17 kata “pa-ta-ka”, tetapi pada anak dislalia pasti
kurang dari itu. Ada juga orang-orang yang mempunyai ritme jauh melebihi
angka normal. Bicara orang macam ini cenderung sangat cepat, kadang
tidak bisa diikuti oleh lawan bicaranya. Kalau dihitung ritmenya mungkin
160 kata per menit. “Bahkan pernah ada yang cepat sekali sampai 175
kata per menit,” ucap Pranindyo.
Gangguan pervasif
Adalah gangguan bicara dimana ucapan seorang anak berlangsung
melompat-lompat dan tidak konsisten. Bisa jadi anak seperti ini
sebetulnya mengalami gangguan ADD (attention defisit disorder). Anak
yang mengalami keterbatasan atensi ini mengalami masalah di pusat
sarafnya. Gangguan ini biasanya tidak berdiri tunggal, tapi dibarengi
ciri-ciri lain, semisal pekerjaannya tidak pernah tuntas, sulit/tidak
bisa konsentrasi dan sebagainya. Yang juga termasuk dalam gangguan ini
adalah para penderita autis. Namun untuk memastikannya, tak ada cara
lain kecuali mendatangi ahli.
Tunawicara
Gangguan bicara yang paling berat adalah tunawicara. Usia ini merupakan
saat yang paling tepat untuk mengetahui apakah anak mempunyai kelainan
tersebut atau tidak karena pada usia ini kemampuan bicara anak umumnya
sudah bagus. Jika ia hanya mengeluarkan bunyi-bunyi khas tanpa makna,
semisal “uuh..uuh”, “eeh…ehh”, untuk menjawab/menunjuk semua benda, hal
ini bisa dijadikan indikator kalau dia belum bisa bicara sama sekali.
Bila sudah ada gejala seperti itu, sebaiknya anak segera dibawa ke
dokter. Untuk langkah pertama bisa dibawa ke dokter anak sebelum
mendapatkan penanganan yang lebih intens.
Keterlambatan Bicara Fungsional
Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering
dialami oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara fungsional sering juga
diistilahkan keterlambatan maturasi atau keterlambatan perkembangan
bahasa. Keterlambatan bicara golongan ini disebabkan karena
keterlambatan maturitas (kematangan) dari proses saraf pusat yang
dibutuhkan untuk memproduksi kemampuan bicara pada anak. Gangguan ini
sering dialami oleh laki-laki dan sering terdapat riwayat keterlambatan
bicara pada keluarga. Biasanya hal ini merupakan keterlambatan bicara
yang ringan dan prognosisnya baik. Pada umumnya kemampuan bicara akan
tampak membaik setelah memasuki usia 2 tahun. Terdapat penelitian yang
melaporkan penderita keterlambatan ini kemampuan bicara saat masuk usia
sekolah normal seperti anak lainnya.
Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik dan kemampuan
pemecahan masalah visuo-motor anak dalam keadaan normal. Anak hanya
mengalami gangguan perkembangan ringan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas
lain adalah anak tidak menunjukkan kelainan neurologis, gangguan
pendengaran, gangguan kecerdasan dan gangguan psikologis lainnya.
Evaluasi dan Pemeriksaan
Jika orang tua mencurigai anaknya mengalami hambatan bicara, maka hal
ini haruslah diteliti dan diperiksa oleh ahli yang memang berkompeten di
bidangnya, untuk menghindari terjadinya salah diagnosa dan penanganan.
Untuk itu, diperlukan pemeriksaan lengkap dari aspek-aspek :
1. Fisiologis dan Neurologis
Dokter memeriksa secara menyeluruh, untuk mengetahui apakah
keterlambatan tersebut disebabkan masalah pada alat pendengaran, sistem
pendengarannya, atau pun pada areal otak yang mengatur mekanisme
pendengaran-bicara dan otak yang memproduksi kemampuan berbicara. Tidak
hanya itu, pemeriksaan lengkap akan menghasilkan diagnosa yang jauh
lebih pasti tidak hanya faktor penghambatnya, namun juga metode
penanganan yang paling sesuai untuk anak yang bersangkutan.
2. Psikologis
Pemeriksaan secara psikologis juga diperlukan untuk memahami
fungsi-fungsi lain yang berhubungan dengan kemampuan berbicara dan
berbahasa, seperti tingkat intelegensi serta tingkat perkembangan
sosial-emosional anak. Pemeriksaan secara psikologis ini juga
dimaksudkan untuk melihat sejauh mana pengaruh dari hambatan yang
dialami anak terhadap kemampuan emosional dan intelektualnya.
Pemeriksaan ini juga harus ditangani oleh ahli atau psikolog yang
berkompeten dan berpengalaman dalam menangani anak dengan problem
keterlambatan bicara.
Setelah hasil pemeriksaan keluar, maka orang tua dengan rekomendasi
ahlinya dapat mengambil langkah tepat seperti misalnya, melakukan terapi
bicara atau jika usia anak sudah harus sekolah, maka dimasukkan pada
sekolah yang dapat memberikan perlakuan dan perhatian yang tepat sesuai
dengan masalah anak tersebut.
CARA MEMBEDAKAN BERBAGAI KETERLAMBATAN BICARA
Dengan memperhatikan fungsi reseptif, ekspresif, kemampuan pemecahan
masalah visuo-motor dan pola keterlambatan perkembangan, dapat
diperkirakan penyebab kesulitan berbicara.
Tabel 1. Diagnosis banding beberapa penyebab keterlambatan berbahasa dan bicara
Diagnosis Bahasa reseptif Bahasa ekspresif Kemampuan pemecahan masalah visuo-motor Pola perkembangan
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN GANGGUAN BICARA
Menyusui
Selain ASI mengandung komponen–komponen yang baik untuk perkembangan
otak, misalnya DHA, proses menyusui ternyata juga memasukkan unsur-unsur
interaksi. Tidak mungkin Anda menyusui si kecil dengan melamun saja
kan? Biasanya, Anda menikmati apa yang sedang terjadi sambil membelai
perlahan si kecil dan melakukan kontak mata. Sebaliknya, si kecil pun
asyik memperhatikan wajah ibu tercinta. Itu semua adalah dasar
komunikasi. Jadi, sebisa mungkin, susuilah bayi Anda. Karena, dengan
segala manfaat menyusui, apa yang Anda lakukan itu benar-benar investasi
yang besar bagi si kecil. Termasuk, dalam perkembangan bicaranya.
Tindakan yang Dapat Dilakukan Orangtua
1. Semakin dini orang tua menstimulasi anaknya dengan cara mengajaknya
bercakap-cakap dan menunjukkan sikap yang mendorong munculnya respon
dari si anak, maka sang anak akan semakin dini pula tertarik untuk
belajar bicara. Tidak hanya itu, kualitas percakapan dan bicaranya juga
akan lebih baik. Jadi, teruslah mengajak anak Anda bercakap-cakap sejak
hari pertama kelahirannya.
2. Jalinlah komunikasi dengan dihiasi oleh senyum Anda, pelukan, dan
perhatian. Dengan demikian anak Anda akan termotivasi untuk berusaha
memberikan responnya.
3. Tunjukkanlah selalu kasih sayang melalui peluk-cium, dan kehangatan
yang bisa dirasakan melalui intonasi suara Anda. Dengan demikian, Anda
menstimulasi terjalinnya ikatan emosional yang erat antara Anda dengan
anak Anda sekaligus membesarkan hatinya.
4. Selama menjalin komunikasi dengan anak Anda, jangan lupa untuk
melakukan kontak mata secara intensif karena dari pandangan mata
tersebutlah anak bisa merasakan perhatian, kasih sayang, cinta, dan
pengertian. Jika sedang bicara, tataplah matanya dan jangan malah
membelakangi dia.
5. Jika anak Anda menangis, jangan didiamkan saja. Selama ini banyak
bereda pandangan keliru, bahwa jika bayi menangis sebaiknya didiamkan
saja supaya nantinya tidak manja dan bau tangan. Padahal, satu-satunya
cara seorang bayi baru lahir untuk mengkomunikasikan keinginan dan
kebutuhannya (haus, lapar, kedinginan, kepanasan, kebutuhan emosional,
kelelahan, kebosanan) dia adalah melalui tangisan. Jadi, jika
tangisannya tidak Anda pedulikan, lama-lama dia akan frustasi karena
kebutuhannya terabaikan. Yang harusnya Anda lakukan adalah memberinya
perlakuan seperti yang dibutuhkannya saat ia menangis. Untuk itu, kita
sebagai orang tua haruslah belajar memahami dan mengerti bahasa
isyaratnya. Tidak ada salahnya, jika Anda seakan-akan bertanya padanya,
seperti :”rupanya ada sesuatu yang kamu inginkan,….coba biar Ibu lihat…”
6. Untuk bisa berbicara, seorang anak perlu latihan mekanisme berbicara
melalui latihan gerakan mulut, lidah, bibir. Sebenarnya, aktivitas
menghisap, menjilat, menyemburkan gelembung dan mengunyah merupakan
kemampuan yang diperlukan. Oleh sebab itu, latihlah anak Anda baik
dengan permainan maupun dengan makanan.
7. Sering-seringlah menyanyikan lagu untuk anak Anda dengan lagu-lagu
anak-anak yang sederhana dan lucu, secara berulang dengan penekanan pada
ritme dan pengucapannya. Bernyanyilah dengan diselingi
permainan-permainan yang bernada serta menarik. Jadi, luangkan lah waktu
Anda untuk terlibat dalam kegiatan menarik seperti itu agar kemampuan
bicara dan berbahasa anak Anda lebih berkembang.
8. Salah satu cara seorang anak berkomunikasi di usia ini adalah melalui
tertawa. Oleh sebab itu, sering-seringlah bercanda dengannya, tertawa,
membuat suara-suara dan ekspresi lucu agar kemampuan komunikasi dan
interaksinya meningkat dan mendorong tumbuhnya kemampuan bahasa dan
bicara.
9. Setiap bayi yang baru lahir, mereka akan belajar melalui pembiasaan
atau pun pengulangan suatu pola, kegiatan, nama atau peristiwa. Melalui
mekanisme ini Anda mulai bisa mengenalkan kata-kata yang bermakna pada
anak pada saat melakukan aktivitas rutin, seperti : pada waktu mau
makan, Anda bisa katakan “nyam-nyam”
10. Jadilah model yang baik untuk anak Anda terutama pada masa ini lah
mereka mulai belajar meniru kata-kata yang didengarnya dan
mengucapkannya kembali. Ucapkan kata-kata dan kalimat Anda secara
perlahan, jelas dengan disertai tindakan (agar anak tahu artinya atau
korelasinya antara kata yang Anda ucapkan dengan tindakan kongkritnya),
dan jangan lupa, bahasa tubuh dan ekspresi wajah Anda juga harus pas.
11. Anak Anda akan belajar bicara dengan bahasa yang tidak jelas bagi
Anda. Jadi, ini lah waktunya untuk Anda berdua (Anda dengan anak) saling
belajar untuk bisa saling memahami keinginan dan maksud berdua.
Jadikanlah kegiatan ini sebagai salah satu bentuk permainan yang
menyenangkan agar anak Anda tidak patah semangat untuk terus mencoba
mengucapkan secara pas dan jelas. Namun, jika Anda malas memperhatikan
“suaranya”, apa yang dimaksudnya, dan tidak mengulangi suaranya, atau
bahkan ekspresi wajah Anda membuat dirinya jadi enggan mencoba, maka
anak Anda akan merasa bahwa “tidak memungkinkan baginya untuk mencoba
mengekspresikan keinginan karena orang dewasa tidak akan ada yang
mengerti dan mau mendengarkan”
12. Kadang-kadang, ikutilah gumamannya, namun, Anda juga perlu
mengucapkan kata secara benar. Jika suatu saat ia berhasil mengucapkan
suatu suku kata atau kata dengan benar, berilah pujian yang disertai
dengan pelukan, ciuman, tepuk tangan..dan sampaikan padanya, “betapa
pandainya dia”.
13. Jika mengucapkan sebuah kata, sertailah dengan penjelasan artinya.
Lakukan hal ini terus menerus meski tidak semua dimengertinya.
Penjelasan bisa dilakukan misal dengan menunjukkan gambar, gerakan,
sikap tubuh, atau pun ekspresi.
14. Semakin mengenalkan anak Anda dengan berbagai macam suara, bunyi,
seperti misalnya suara mobil, motor, kucing, anjing, dsb. Kenalkan pula
pada suara-suara yang sering didengarnya sehari-hari, seperti pintu
terbuka-tertutup, suara air, suara angin berdesir di pepohonan, kertas
dirobek, benda jatuh, dsb.
15. Sering-seringlah membacakan buku-buku yang sangat sederhana namun
sarat dengan cerita yang menarik untuk anak dan gambar serta warna yang
“eye catching”. Tunjukkan obyek-obyek yang terlihat di buku, sebutkan
namanya, jelaskan apa yang sedang dilakukannya, bagaimana jalan
ceritanya. Minta lah padanya untuk mengulang nama yang Anda sebutkan,
dan jangan lupa, berilah pujian jika ia berhasil mengingat dan mengulang
nama yang Anda sebutkan.
16. Jika sedang bersamanya, sebutkan nama-nama benda, warna dan bentuk pada setiap obyek yang dilihatnya
17. Anda mulai bisa mengenalkan dengan angka dengan kegiatan seperti
menghitung benda-benda sederhana yang sedang dibuat permainan. Lakukan
itu dalam suasana yang santai dan nyaman agar anak tidak merasa ada
tekanan keharusan untuk menguasai kemampuan itu
18. Mulailah mengenalkan anak Anda pada perbendaharaan kata yang
menerangkan sifat atau kualitas. Seperti “baik, indah, cantik, dingin,
banyak, sedikit, asin, manis, nakal, jelek, dsb. Caranya, pada saat Anda
mengucapkan suatu kata tertentu, sertailah dengan kualitas tersebut,
misalnya “anak baik, anak manis, anak pintar, baju bagus, boneka cantik,
anak nakal, roti manis”, dsb
19. Mulailah mengenalkan padanya kata-kata yang menerangkan keadaan atau
peristiwa yang terjadi : sekarang, besok, di sini, di sana, kemarin,
nanti, segera, dsb
20. Anda juga bisa mengenalkannya kata-kata yang menunjukkan tempat : di
atas, di bawah, di samping, di tengah, di kiri, di kanan, di belakang,
di pinggir; Anda bisa melakukannya dengan menggunakan contoh gerakan.
Banyak model permainan yang dapat Anda gunakan untuk menerangkan
kata-kata tersebut, bahkan dengan permainan, akan jauh lebih
menyenangkan baginya dna bagi Anda.
21. Yang perlu Anda ingat, janganlah menyetarakan perkembangan anak Anda
dengan anak-anak lainnya karena tiap anak mempunyai dan mengalami
hambatan yang berbeda-beda. Jadi, jika anak Anda kurang lancar dan fasih
berbicara, janganlah kemudian menekannya untuk lekas-lekas
mengoptimalkan kemampuannya. Keadaan ini hanya akan membuatnya stress
22. Pada usia ini, anak Anda akan lebih senang bercakap-cakap dengan
anak-anak seusianya dari pada dengan orang dewasa. Oleh sebab itu, akan
baik jika ia banyak dikenalkan dengan anak-anak seusianya dan dilibatkan
pada lingkungan sosial yang bisa memfasilitasi kemampuan sosial dan
berkomunikasinya. Salah satu tujuan para orang tua memasukkan anaknya
dalam nursery school adalah karena alasan tersebut, agar anaknya bisa
mengembangkan kemampuan komunikasi sekaligus sosialisasi. Meskipun
demikian, bahasa dan kata-kata yang diucapkan masih bersifat egosentris,
namun lama kelamaan akan lebih bersifat sosial seiring dengan
perkembangan usia dan keluasan jaringan sosialnya.
23. Sering-seringlah menceritakan cerita menarik pada anak Anda, karena
sebenarnya cerita juga merupakan media atau sarana untuk mengekspresikan
emosi, menamakan emosi yang disimpannya dalam hati, dan belajar
berempati. Dari kegiatan ini pula lah anak Anda tidak hanya belajar
berani mengekspresikan diri secara verbal tapi juga belajar perilaku
sosial.
1. Ceritakan padanya cerita yang lebih kompleks dan kenalkan beberapa
kata-kata baru sambil menerangkan artinya. Lakukan ini secara terus
menerus agar ia dapat mengingatnya dan mengenalinya dengan mudah ketika
Anda mengulang cerita itu kembali di lain waktu
2. Hindari sikap mengkoreksi kesalahan pengucapan kata anak secara
langsung, karena itu akan membuatnya malu dan malah bisa mematahkan
semangatnya untuk belajar dan berusaha. Anda bisa mengulangi kata-kata
tersebut secara jelas seolah Anda mengkonfirmasi apa yang
dimaksudkannya. Dengan demikian, ia akan memahami kesalahannya tanpa
merasa harus malu.
3. Pada usia ini, seorang anak sudah mulai bisa mengerti penjelasan
sederhana. Oleh sebab itu, Anda bisa mulai mencoba untuk mengajaknya
mendiskusikan soal-soal yang sangat sederhana; dan tanyakan apa
pendapatnya tentang persoalan itu. Dengan cara itu, Anda melatih cara
dan proses penyelesaian masalah pada anak Anda setahap demi setahap.
Hasil dari tukar pendapat itu sebenarnya juga mempertinggi self-esteem
anak karena ia merasa pendapatnya didengarkan oleh orang dewasa.
4. Mulailah mengeluarkan kalimat yang panjang dan kompleks, agar ia
mulai belajar meningkatkan kemampuannya dalam memahami kalimat. Untuk
mengetahui apakah ia memahami atau tidak, Anda bisa melihat respon dan
reaksinya; jika ia melakukan apa yang Anda inginkan, dapat diartikan ia
cukup mengerti kalimat Anda.
5. Anak-anak sangat menyukai kegiatan berbisik karena hal itu permainan
mengasikkan buat mereka sebagai salah satu cara mengekspresikan
perasaan, dan keingintahuan.
6. Pakailah cerita-cerita dongeng dan fabel yang sebenarnya mencerminkan
dunia anak kita dan memakainya sebagai suatu cara untuk mengajarkan
banyak hal tanpa menyinggung perasaannya. Dengan mendongeng, Anda
mengenalkan padanya konsep-konsep tentang moralitas, nilai-nilai, sikap
yang baik dan jahat, keadilan, kebajikan dan pesan-pesan moral lainnya.
Jadikanlah saat-saat bersama anak Anda sebagai masa yang menyenangkan,
ceria, santai dan segar. Buatlah ini menjadi kebiasaan di waktu-waktu
tertentu, seperti sebelum tidur atau di waktu sore hari.